Popular Post

Popular Posts

Recent post

Archive for Maret 2015

I Fashion Festival 2014 Day 3


One thing for sure it’s about colourful colours. Sesi pertama dari final I Fashion Festival 2014 yang diselenggarakan oleh MNC Media pada Rabu malam (17/12/2014) di Bali Room Kempinski Hotel Indonesia diisi dengan pagelaran busana koleksi 4 desainer mancanegara yang mayoritas berwarna-warni. Keempat desainer tersebut adalah Melinda Looi dari Malaysia (yang berhalangan hadir karena saat ini sedang mengandung), Soknan dari Kamboja, Charles Cua dari Filipina, dan Espen Salberg dari Norwegia.
Akan tetapi koleksi-koleksi yang tampil di fashion show ini bukan sekadar tentang warna. Bagaimana warna-warna itu `disapukan` adalah apa yang menjadi benang merah dari koleksi desainer-desainer di acara tersebut, yakni artsy feel. Membuka gelar busana yang dimulai sekitar pukul 18.00 WIB ini adalah warna-warni yang ditorehkan secara abstrak dalam karya-karya busana Melinda Looi.
Pada karya T-dress sedengkul dan yang panjangnya hingga semata kaki atau juga crop top yang dipasangkan dengan long skirt, lukis abstrak rupa-rupa warna cerah karya pelukis asal Brazil, Andre Mendez, tampil bold melalui penggunaannya yang hampir menyeluruh di bahan pakaian. Bergaris desain simple dan moderen seperti yang juga tampak pada jaket dan tops, Melinda Looi yang adalah lulusan Lasalle School of Fashion Kanada ini menghadirkan suasana spring-summer yang artsy in pretty fun way.


Kesan seperti itu juga tampak pada karya-karya lain desainer asal Malaysia ini namun dengan sedikit twist berbeda. Garis-garis lengkung acak pada tank dress putih atau T-dress kerah V warna abu-abu menghadirkan feel sedikit quirky. Sedangkan referensitouch of tribal hadir melalui aplikasi bunga timbul yang bercampur dengan beads danfeathers pada busana-busana berwarna tunggal.


Sisi seni yang lebih realis dihadirkan oleh desainer asal Norwegia, Espen Salberg, melalui penggunaan flower painting pada beberapa karyanya. Busana-busana lain yang tidak disertai dengan print itu memiliki warna-warna monokromatik yang bold, seperti oranye, magenta, lime green, dan light blue.


Pada gaun-gaun feminin warna tunggal berdesain clean itu, Aspen secara apik bermain dengan modifikasi simple dari bentuk-bentuk dress yang basic. Contohnya adalah model pita di pinggang midi dress tanpa lengan warna hijau dan floral print dress kerah asimetris yang bagian kirinya berlengan panjang sedang bagian kanannya tanpa lengan.




Warna-warna yang dihadirkan oleh Soknan, desainer asal Kamboja, di I Fashion Festival juga terang bahkan mengkilat. Dengan membandingkan karya-karya Soknan dengan 2 koleksi yang dijelaskan sebelumnya, tampak bahwa peningkatan intensitas pancaran warna di busana-busana Soknan tak serta merta diiringi dengan peningkatan enthusiastic feeling. Rasanya ini bersumber pada desain-desainnya yang terlalu dasar.




Berbeda dari 3 koleksi lain, koleksi desainer Charles Cua asal Filipina ini memiliki warna dominan hitam putih. Motif garis-garis atau motif lain berpola rapih menghadirkan nuansa art yang lebih neat. Hal ini tampilk pada busana-busana dengan model yang youthful dan trendi, seperti blazer yang melapisi kemeja dengan kerah tinggi ataupun sheer shirt yang membalut tank top putih dengan pasangan printed hot pants.




(Fotografer: Panji Diksana - Liputan6.com)

Warna-warni desaigner mancanegara dalam seni berbusana

Mengenal Lebih Dalam Tarian Mancanegara

Tarian mancanegara merupakan hasil seni yang banyak dijumpai dan layak untuk dipelajari. Tarian-tarian ini memiliki berbagai ciri khusus dan keunikan tersendiri sesuai dengan asal negara dan budaya setempat.

Tarian mancanegara tersebut juga menggambarkan karakteristik budaya dan kekayaan seni dari masing-masing negara asal yang juga merupakan identitas negara. Tarian-tarian tersebut ada yang secara khusus dipertunjukkan pada acara-acara tertentu dan ada juga yang secara umum digelar sebagai pertunjukan seni untuk hiburan.

Dengan mempelajari mengenai hasil seni ini kita sedikit banyak akan mendapatkan gambaran tentang negara tertentu selain juga mendapatkan keindahan dari gerakan-gerakan tari yang diperagakan dengan berbagai busana dan iringan musik. Untuk mengenal lebih dalam mengenai tarian mancanegara kita dapat menggali berbagai informasi mengenai unsur-unsur tari yang ada didalamnya sebagaimana disebutkan dibawah ini:
  1. ragam gerak tarian mancanegara
  2. kostum tarian mancanegara
  3. musik pengiring tarian mancanegara
  4. alat musik tarian mancanegara
  5. tempat dan pertunjukan tarian mancanegara
  6. bentuk tari tarian mancanegara
  7. fungsi tarian mancanegara
  8. tujuan tarian mancanegara tarian mancanegara
Dengan menggali lebih jauh mengenai berbagai unsur tersebut kita akan lebih mengenal berbagai tarian mancanegara terkenal yang banyak dipelajari dan digunakan dalam berbagai acara. Dengan demikian, sebagai generasi muda kita tidak akan ketinggalan informasi mengenai hal-hal baru dan mengagumkan dari berbagai belahan dunia lain.

Daftar Kumpulan Tarian Mancanegara 

Untuk rekan muda baik itu pelajar, mahasiswa maupun pengguna internet umum yang ingin mempelajari dan mengetahui informasi lebih dalam mengenai tarian mancanegara berikut akan saya sajikan daftar kumpulan tarian mancanegara terkenal yang dapat dipelajari. Daftar kumpulan tersebut adalah sebagai berikut.
Daftar Macam Macam Tarian Mancanegara
  1. Tarian Negara Kamboja
  2. Tarian Samba, Brazil
  3. Tari Bali, Indonesia
  4. Tarian Jepang
  5. Tarian Limbo, Afrika Barat
  6. Tari Balet
  7. Tari Tonga
  8. Tari Kathak, India
  9. Tari Tiwi, Australia
  10. Tari Flamenco, Spanyol
  11. Tari Haka, New Zealand
  12. Tari Buffalo
  13. Tari Morris, Inggris
  14. Tari Domba, Afrika Selatan
  15. Tari Jawa, Indonesia
  16. Tari Kipas, Korea
  17. Tari Yunani
  18. Tari Naga, China
Gadis Fuji - Tarian Mancanegara

Demikianlah tadi apa yang dapat saya sampaikan mengenai Tarian Mancanegara Lengkap kali ini. Saya harap dengan berbagi informasi mengenai tema tersebut sobat pengunjung semua akan mendapatkan informasi berharga mengenai berbagai macam tarian dari negara lain yang populer diberbagai dunia. Sampai disini, semoga bermanfaat, jangan lupa baca juga beberapa materi yang berkaitan di bagian bawah:
contoh tari mancanegara
seni tari mancanegara
makalah seni tari mancanegara
tari mancanegara diluar asia
pengertian tari mancanegara
tari mancanegara di asia
tari mancanegara jepang
video tari mancanegara

Tarian Mancanegara

Ilustrasi saat perang di Kurukshetra dalam kitab Mahabharata.


1) Pengertian Seni Sastra

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, sastra adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). Definisi kedua menurut kamus ini adalah karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Istilah sastra sendiri, berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ”tulisan” atau ”karangan”. Sastra biasanya diartikan sebagai karangan dengan bahasa yang indah dan isi yang baik.

Bahasa yang indah artinya bisa menimbulkan kesan dan menghibur pembacanya. Isi yang baik artinya berguna dan mengandung nilai pendidikan. Bentuk fisik dari sastra disebut karya sastra. Penulis karya sastra disebut sastrawan. Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada ”kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi kata ”sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah ini indah atau tidak.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini, sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya, kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa lokal. Misalnya, kamu yang bersekolah di Yogyakarta dan Jawa Tengah akan mempelajari sastra Jawa, teman-temanmu yang bersekolah di Jawa barat akan mempelajari sastra Sunda, dan seterusnya. Dari ketiga sumber di atas, arti kata sastra selalu mengarah pada inti yang sama berikut ini.

a) Sastra berupa bahasa, untaian kata-kata, gaya bahasa, ungkapan.
b) Sastra tercurah dalam bentuk kitab, karya tulis, tulisan, karangan, lisan.
c) Sastra bernilai seni, indah, artistik, asli sastra berisi ajaran, pendidikan, instruksi, dan pedoman.

2) Bidang Seni Sastra

Seni sastra tidak hanya berhubungan dengan tulisan tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Oleh karena itu, seni sastra bisa dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Seni Sastra Tulis

Sesuai namanya, seni sastra tulis adalah bentuk karya sastra yang dituangkan dalam bentuk tulisan, yaitu kombinasi huruf yang mempunyai makna atau arti. Banyak sekali jenis seni sastra tulisan yang berkembang di masyarakat, misalnya dalam bentuk prosa, puisi, cerita fiksi, dan essai.

b) Seni Sastra Lisan

Seni sastra lisan adalah seni sastra disampaikan dengan bahasa lisan, yaitu dengan dituturkan secara langsung kepada pendengar, dengan atau tanpa iringan musik tertentu.

3) Fungsi Seni Sastra

Seni sastra yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra memiliki beberapa fungsi penting dalam masyarakat, di antaranya:

a) Sarana Menyampaikan Pesan Moral 

Sastrawan menulis karya sastra, antara lain untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh. Dengan karya sastranya, sastrawan menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat itu pada hakikatnya universal, artinya diyakini oleh semua manusia. Pembaca diharapkan dalam menghayati sifat-sifat ini dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Moral dalam karya sastra atau hikmah yang akan disampaikan oleh sastrawan selalu dalam pengertian yang baik karena pada awal mula semua karya sastra adalah baik. Jika dalam cerita ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang tidak terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, bukan berarti sastrawan menyarankan bertingkah laku demikian. Pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah sendiri dari cerita. Sesuatu yang baik justru akan lebih mencolok bila dikonfrontasikan dengan yang tidak baik.

b) Sarana Menyampaikan Kritik

Seni sastra, terutama sastra tulisan dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kritik atas fenomena sosial maupun politik dalam masyarakat. Misalnya, novel atau puisi yang mengemukakan masalah kemiskinan, perbedaan gender antara pria dan wanita, atau kesenjangan sosial. Melalui sastra, masyarakat pembaca menjadi berempati dan bersimpati yang pada akhirnya akan tergugah untuk berpartisipasi menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut.

c) Menumbuhkan Rasa Nasionalisme dan Penghargaan terhadap Kebudayaan Daerah

Sebagai bagian dari kebudayaan nasional, seni sastra Indonesia merupakan wahana ekspresi budaya dalam rangka upaya ikut memupuk kesadaran sejarah serta semangat nasionalisme. Semangat nasionalisme dalam seni sastra tidak hanya aktual pada masa revolusi saja, tetapi di era globalisasi yang dapat mengancam sendi-sendi nasionalisme suatu bangsa.

4) Perkembangan Seni Sastra

Istilah ‘sastra’ memiliki arti tulisan. Secara lebih luas, sastra dapat diartikan pembicaraan tentang berbagai tulisan yang indah bentuknya dan mulia isinya. Keindahan bentuk hasil sastra yang kemudian lazim disebut sebagai karya sastra terlihat dari puisi, prosa, lirik prosa, drama, maupun bentuk karya sastra yang lain, baik yang tergolong ke dalam sastra kuno, masa peralihan, sampai sastra modern, bahkan sastra kontemporer pada masa mutakhir.

Ditilik dari segi bentuk, karya sastra adalah sesuatu yang dapat menyenangkan hati, sedangkan bila ditilik dari segi isi, karya sastra memiliki nilai guna bagi siapa saja yang mampu mengapresiasikannya. Karya sastra bukan sekedar dibaca dan dihayati sebagai pengisi waktu, melainkan di dalamnya terkandung nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupan.

Perkembangan seni sastra dapat dilihat dari zaman kuno, yaitu zaman sebelum ditemukannya tulisan, ketika manusia mengembangkan seni sastra melalui tradisi lisan yang diwariskan dari mulut ke mulut dan disampaikan dari seorang penutur kepada orang lain dalam bentuk cerita atau dongeng (cerita kancil yang mencuri timun petani), legenda (kisah batu menangis). Kemudian pada zaman aksara, seni sastra telah mulai dikembangkan dalam bentuk tulisan-tulisan atau karya sastra yang pada waktu itu ditulis pada daun lontar. Peninggalan-peninggalan tulisan kuno ini dapat kita lihat di beberapa museum seperti Trowulan, dan dapat pula kita saksikan tulisan kuno di museum Bali yang mengisahkan tentang kerajaan-kerajaan di Bali. Peninggalan-peninggalan tersebut menunjukkan kepada kita hasil karya seni sastra pada zaman Hindu-Buddha.

Bila kita cermati lebih lanjut, ternyata masih banyak karya sastra yang lain peninggalan zaman Hindu-Buddha yaitu:
  1. Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh;
  2. Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh;
  3. Smaradhahana karya Mpu Darmaja;
  4. Wrattasancaya dan Lubdhaka karya Mpu Tanakung.
Pada akhir abad ke-16 sampai abad ke-17 masehi, pengaruh sastra Islam baru nampak dalam sastra Melayu Islam yang diterima sebagai unsur yang memperkaya, mendinamisir, serta mengangkat derajat sastra Melayu menjadi cukup tinggi. Dalam perkembangannya terjadi integrasi yang kokoh antara tradisi sastra Melayu dengan Islam.

Dalam sastra Melayu Islam muncul karya-karya Hamzah Fansuri seperti Asrar al-Arifin Syair Perahu,Syair Dagang, Syair Si Burung Pingai. Demikian pula karya-karya Ar-Raniri Tibyan fi Ma’rifat al-Adyan Shirot al-Mustaqim Bustan al-Shalatin, juga karya Syamsudin Pase Mir’at al-Iman Mir’at al-Mu’minin, dan sebagainya.

Sastrawan-sastrawan Indonesia yang kita kenal antara lain:
  1. Chairil Anwar
  2. Sutan Takdir Alisyahbana
  3. H.B. Yasin
  4. Ajip Rosidi
  5. Hamka
  6. N. H. Dini
  7. Umar Kayam
  8. Sapardi Djoko Damono
  9. Taufik Ismail
  10. W. S. Rendra
Seni sastra di Indonesia digolongkan dalam beberapa zaman sebagai berikut.

a. Pujangga Lama

Pujangga Lama adalah karya sastra Indonesia yang dihasilkan sebelum abad XX. Pada masa ini karya sastra di Indonesia didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat “Karya Sastra Pujangga Lama”.

b. Sastra Melayu Rendah

Sastra Melayu Rendah adalah karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Cina dan masyarakat Indo-Eropa.

c. Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pustaka adalah karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920-1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek, dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam, dan hikayat dalam khasanah sastra di Indonesia pada masa ini.

d. Pujangga Baru

Pujangga baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.

e . Angkatan ‘45

Karya sastra angkatan ini diwarnai pengalaman hidup dan gejolak sosial politik-budaya.

f. Angkatan 50-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B.Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra didominasi cerita pendek dan kumpulan puisi.

g. Angkatan 50-60-an

h. Angkatan 66-70-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Karya sastra pada angkatan ini sangat beragam dalam aliran sastra, seperti karya sastra beraliran surreealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini, seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Gunawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono, dan Satyagraha Hurip, serta sastrawan yang dijuluki Paus Sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Seorang sastrawan pada angkatan 50 hingga 60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen, dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman. Ia disebut sebagai sastrawan yang lahir mendahului zamannya.

Beberapa sastrawan lain pada angkatan ini adalah: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Gunawan Mohammad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Widjaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lain.

i. Dasawarsa 80-an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman percintaan dan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut.

j. Angkatan Dasawarsa 2000-an

Sastrawan angkatan 2000 mulai merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 90-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kisah novel fiksi.

k. Cybersastra

Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak sastra Indonesia yang tidak dipublikasi sebagai buku namun termaktub di dunia maya (internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs sastra Indonesia di dunia maya.

Anda sekarang sudah mengetahui Seni Sastra. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Dyastriningrum. 2009. Antropologi : Kelas XII : Untuk SMA dan MA Program Bahasa. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 90.

Lestari, P. 2009. Antropologi 2 : Untuk SMA dan MA Kelas XII. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 181.

Seni Sastra

Contoh-contoh Seni Musik

Musik Tradisional
1.     Badui Bulan (Sunda,Jawa Barat)
2.     Bengawan Solo (Solo,Jawa Tengah)
3.     Apuse (Papua)
4.     Ampar-ampar Pisang (Kalimantan Selatan)
5.     Alusia (medan)
6.     Kicir-kicir (DKI Jakarta)

Alat-alat Musik Tradisional
Contoh:





Angklung (Jawa Barat)







Gamelan (Jawa Tengah)






Sasando (NTB/NTT)








Gendang (Medan)      

Contoh seni musik

JENIS-JENIS SENI :
Secara umum seni dibedakan menurut indra penserapannya yaitu seni audio, seni visual, dan seni audio-visual.
Seni audio adalah seni yang diserap melalui indra pendengaran. Misalnya : seni musik atau suara, drama radio, puisi di radio dan lain-lain.
Seni visual adalah seni yang diserap melalui indra penglihatan. Umumnya dikenal dengan sebutan seni rupa.
Seni audio-visual adalah seni yang sekaligus diserap oleh indra pendengaran dengan indra penglihatan. Misalnya : seni tari, drama/theater, film dan lain-lain.
Disamping itu ada lagi seni lain yang tidak ditekankan pada jenis indra penserapannya yaitu seni sastra. Yang termasuk dalam seni sastra adalah seni yang berbentuk prosa seperti roman, novel, cerpen, dan lain-lain. Dan seni yang berbentuk puisi seperti syair, pantun, gurindam, dan puisi-puisi dalam bentuk bebas lainnya. Ciri umum dari prosa adalah deskripsi keadaan atau imajinasi secara mendetail. Sedangkan ciri umum dari puisi adalah ungkapan inti atau hakiki dari suatu pengalaman maupun imajinasi estetis.
Untuk lebih mengenal perihal tentang batasan-batasan dari masing-masing seni ini, dapat dikemukakan beberapa pengenalan umum tentang aneka seni yang dimaksud diantaranya sebagai berikut :
Seni Rupa
Seni Musik
Seni Tari
Seni Drama/Theater
Seni Sastra


1. Seni Rupa
Seni rupa adalah suatu wujud karya manusia yang mengandung unsur keindahan. Keindahannya diserap dengan indra penglihatan seperti : seni lukis, seni pahat, seni patung, seni grafis, seni lingkungan (environmental art), seni instalasi, seni pertunjukkan (performing art), seni peristiwa (happening art) dan sebagainya. Rasa senang ditimbulkan karena adanya keterpaduan dari unsur-unsur bentuk dari karya tersebut seperti aneka warnanya, selang-seling garis, aneka bentuk bidang-bidangnya, kemiripan bentuk objek yang dilukiskannya dengan lukisannya, aspek tematik yang diungkapkannya, keunikannya, teksturnya, dan lain-lain. Sedangkan keindahan dalam pengertian sederhananya adalah sesuatu yang memberikan rasa senang tanpa pamrih pada orang yang melihatnya. Kesenangan yang ditimbulkannya muncul serta merta karena keindahan karya itu sendiri, bukan karena ada kepentingan lain yang membuatnya merasa senang.


2. Seni Musik
Seni musik atau seni suara adalah seni yang diserap melalui indra pendengaran. Rangkaian bunyi yang didengar dapat memberikan rasa senang dan rasa puas bagi yang mendengarnya karena adanya keserasian susunan dari rangkaian tangga nada bunyi-bunyi tersebut.
Secara garis besar ada dua jenis musik yaitu musik vokal dan musik instrumental. Musik vokal adalah musik yang hanya mengandalkan suara manusia saja, sedangkan musik instrumental adalah musik yang diperoleh dari memainkan alat-alat musik.


3. Seni Tari
Seni tari adalah seni yang diserap melalui indra penglihatan. Tetapi kekhususannya adalah keindahan yang dinikmati pada gerakan-gerakan tubuh, terutama gerakan kaki dan tangan, dengan ritme-ritme teratur, biasanya mengikuti irama musik. Seni tari juga tidak terlepas dari seni rupa karena gerak-gerak yang diperlihatkan diserap dengan indra penglihatan.

4. Seni Drama/Theater
Seni drama/theater adalah seni peran atau lakon yang umumnya dimainkan di atas panggung. Seni ini dinikmati sekaligus dengan indra penglihatan dan indra pendengaran. Dalam ungkapan lain seni drama disebut juga dengan seni theater (panggung). Secara umum merupakan gambaran sebuah peristiwa duniawi atau imajinasi yang dihadirkan kembali diatas panggung. Keindahan seni drama terletak pada ketepatan alur cerita yang diperankan oleh para pemain diatas panggung.
Saini KM dalam bukunya peristiwa theater (1996), menuliskan seni theater adalah seni dunia ambang, yaitu ambang untuk menoleh kepada yang indrawi dari pengalaman sehari-hari dan menoleh juga kepada dunia nilai.

5. Seni Sastra
Seni sastra adalah seni yang dikemukakan melalui susunan rangkaian bahasa baik lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa senang tanpa pamrih bagi orang yang membacanya. Secara garis besar seni sastra dapat dikelompokkan kedalam dua kategori besar yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah seni sastra yang berusaha mendeskripsikan keadaan, keinginan, atau imajinasi secara mendetail. Sedangkan puisi adalah seni yang cenderung menyederhanakan deskripsi dengan menangkap inti permasalahan yang ingin diungkapkan.
Mengutip pendapat Alexander Smith (1835 : 366), Sutrisno (1999 : 132) dalam bukunya Kisi-Kisi Estetika menulis : beda pokok antara prosa dan puisi. Prosa adalah bahasa akal budi si seniman, sedangkan puisi adalah bahasa dari perasaan. Dalam prosa seniman mengkomunikasikan pengertian akan hal-hal indrawi atau pikiran, sedangkan dalam puisi seniman mengungkapkan bagaimana hal-hal itu menerpa, menyentuh perasaan kita. Termasuk kedalam kategori prosa adalah karya sastra yang berbentuk novel, cerita bersambung, cerita pendek, esai-esai yang mengemukakan kritik dan pemikiran-pemikiran budaya. Sedangkan yang termasuk dalam kategori puisi adalah pantun, syair, dan puisi-puisi lain dalam berbagai bentuknya.


Itulah jenis-jenis seni. 

Jenis-jenis seni

- Copyright © 2013 Alles ist hier - Powered by Blogger - Distributed By Blogger Themes - Designed by Johanes Djogan